KAJIAN POTENSI PRODUKSI CABAI VARIETAS LOKAL JAWA TENGAH DENGAN SISTEM TUMPANGSARI DAN MONOKULTUR

Aryana Citra K, Tri Reni Prastuti, Retno Endrasari

Abstract


Pada umumnya petani menggunakan cabai hibrida untuk berusahatani, hal ini menyebabkan ketergantungan terhadap benih komersial. Jawa Tengah memiliki cabai rawit lokal yang memiliki potensi dapat ditangkarkan sendiri sekaligus perlu dijaga kelestariannya . Kearifan lokal lainnya yang biasa petani lakukan yaitu sistem tumpangsari.  Rancangan percobaan  yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2 faktor. Faktor pertama adalah varietas (4) dan faktor kedua adalah cara budidaya (2). Varietas cabai yang digunakan adalah lokal Karanganyar, lokal Boyolali, Hibrida Patra dan Hibrida Kencana. Cara budidaya yang akan diuji adalah tumpangsari dan monokultur. Parameter yang diamati adalah parameter pertumbuhan dan hasil, analisa usahatani, dan persepsi petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) Tanaman cabai rawit merah tumpangsari dengan bunga kol menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan monokultur. Hasil cabai rawit merah tertinggi yaitu cabai rawit merah varietas lokal Karanganyar, (b) Analisa usahatani yang paling menguntungkan adalah cabai rawit merah varietas Lokal Karanganyar dengan R/C ratio 1,63, (c) Persepsi petani terhadap keragaan tanaman dan buah yang paling disukai adalah cabai rawit merah varietas lokal Karanganyar.

Kata Kunci: cabai rawit, SDG lokal, bunga kol, tumpangsari, monokultur


Full Text: PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.