PERMASALAHAN USAHA TERNAK KERBAU DI KABUPATEN MAGELANG
Abstract
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Magelang, mulai 1 April sampai 18 Agustus 2015. Responden berjumlah 30 orang yang ditentukan secara purposive sampling dengan kriteria peternak yang berpengalaman minimal 2 tahun. Tujuannya adalah menggali permasalahan pada usaha ternak kerbau di Kabupaten Magelang. Akibat mekanisasi, fungsi kerbau sebagai pengolah tanah pertanian banyak digantikan traktor, namun karena traktor tidak dapat menjangkau seluruh lahan pertanian, maka tenaga kerja kerbau masih dibutuhkan petani. Kelebihan kerbau sebagai pengolah tanah adalah menghemat penggunaan bahan bakar fosil, tidak perlu suku cadang, dapat berkembang biak, dapat memperbaiki struktur tanah dan dapat menjadi sumber mata pencaharian peternaknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, jarak beranak kerbau relatif lama (± 22,05 bulan) dan banyak terjadi perkawinan kerabat dekat (in breeding). Hal ini karena birahi kerbau tidak jelas (silent heat), peternak cenderung memelihara kerbau betina (jinak), kurangnya pengetahuan peternak dan semakin berkurangnya padang pangonan. Sebagai peternak kerbau penyedia jasa pengolah tanah pertanian (buruh) rata-rata investasinya adalah Rp 33.024.226 per peternak. Untuk biaya tetapnya sebesar Rp 74.436 per bulan, biaya variabel Rp 18.562 per bulan. Untuk penerimaannya yang berasal dari upah mengolah tanah Rp 725.375 per bulan. penjualan pupuk kandang Rp 367.785 per bulan, penjualan gudel Rp 344.583 per bulan dan pendapatan tenaga kerja sebesar Rp 1.718.535 per bulan. Kecilnya pendapatan peternak, lokasi kerja di desa, pekerjaan buruh, investasinya besar, maka regenerasi peternak kerbau tidak ada.
Keywords:Kerbau, tenaga kerja, In breeding, pendapatan
Refbacks
- There are currently no refbacks.