KAJIAN RISIKO BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR DI KABUPATEN PURWOREJO
Abstract
Topografi Kabupaten Purworejo sebelah utara sebagian besar wilayahnya dataran tinggi berupa lereng atau perbukitan rawan dan sering terjadi bencana longsor. Sedangkan sebelah selatan topografinya berupa dataran rendah sehingga sering mengalami bencana banjir. Selain kondisi topografi, hidrologi dan geologi, faktor yang menjadi penyebab meningkatnya risiko bencana banjir dan tanah longsor adalah meningkatnya aktivitas atau kegiatan masyarakat. Kegiatan masyarakat dan pembangunan infrastruktur akan menciptakan pertumbuhan desa maupun kota. Pertumbuhan desa ataupun kota sering diiringi pembukaan lahan yang berujung pada perubahan peruntukan lahan. Konsekuensi dari perubahan peruntukan lahan adalah penurunan daya dukung lahan yang pada akhirnya akan terjadi peningkatan risiko bencana. Kajian ini bertujuan menganalisis karakteristik hidrograf banjir dan menganalisis pengaruh intensitas hujan terhadap stabilitas lereng. Dari hasil analisis tersebut diketahui risiko bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Purworejo. Kajian risiko bencana banjir dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bogowonto dan risiko bencana tanah longsor di desa Pakisarum, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo. Risiko bencana banjir menggunakan analisis hidrograf satuan sintetis (HSS) Nakayasu untuk melihat karakteristik Hidrograf Banjir. Risiko bencana tanah longsor menganalisa pengaruh intensitas hujan terhadap penurunan Safety Factor (SF) pada lereng dengan kemiringan lebih besar 40˚. Analisa ketebalan lapisan tanah jenuh (Hsat) akibat infiltrasi menggunakan Metode Green-Ampt sedangkan analisa stabilitas lereng menggunakan metode Lereng Tak Hingga (Infinite Slope Method). Hasil kajian diketahui bahwa karakteristik hidrograf banjir pada DAS Bogowonto melengkung tajam pada sisi naik, artinya ketika banjir terjadi untuk mencapai debit maksimumnya dibutuhkan waktu yang singkat rata-rata sebesar 3 jam sedangkan waktu untuk surut cukup besar 18,7 jam. Berdasarkan karakteristik hidrograf tersebut risiko terjadi banjir di wilayah hilir Kabupaten Purworejo cukup tinggi.Infiltrasi air akibat hujan berpengaruh terhadap stabilitas lereng. Untuk semua model lereng, nilai SF menurun setelah hujan terjadi. Penurunan nilai SF ini disebabkan oleh bertambahnya beban pada lereng karena infiltrasi air hujan ke dalam tanah. Kemiringan lereng juga berpengaruh terhadap stabilitas lereng. Semakin besar kemiringan lereng semakin kecil nilai SF yang diperoleh. Model lereng dengan kemiringan 42°, 45° dan 60° mempunyai nilai SF < 1 yang menunjukan bahwa lereng tidak stabil.
Kata kunci : Hidrograf Banjir, Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu,Stabilitas lereng , Green-Ampt, Intensitas hujan.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
e-ISSN: 2621-0584
p-ISSN: 2407-9189