ETIKA DAN PEMBENTUKAN JATI DIRI BANGSA MELALUI KEARIFAN LOKAL BUDAYA TRADISI
Abstract
Abstrak
Semakin kurang dikenalnya nilai-nilai luhur yang diwariskan leluhur (orang Jawa) bagi sebagian pemuda, menjadikan suatu hal yang sangat memprihatinkan. Hal ini memunculkan pertanyaan, apakah sebenarnya yang salah? Apakah orang tua salah mendidik? Apakah anaknya yang tidak tahu? Apakah sekolah/ gurunya juga salah mendidik? Atau bahkan kurikulum sekolah, atau mungkin kebijakan pemerintahnya tidak/kurang tepat sasaran? Banyak masyarakat Jawa sendiri ikut terpengaruh kegiatan-kegiatan sehari-hari di lingkungan sekolah maupun keluarga sebagian salah kaprah dalam menyikapi perkembangan pendidikan. Masyarakat lebih cenderung mengikuti suatu yang dianggap menjadi trend dan memiliki prospek baik dengan mengesampingkan bahasa ibunya sendiri yakni bahasa Jawa yang dianggapnya sudah tidak trend lagi. Persepsi seperti ini muncul, maka tidaklah aneh sehingga timbul keinginan masyarakat memilih pendidikan yang muncul baik formal maupun nonformal yang menawarkan ragam pilihan bahasa asing seperti bahasa Inggris, Perancis, Jerman,Korea, Jepang, Mandarin China dan keterampilan lain yang menjamur di lingkungan dekat, itupun dalam penyelenggarannya dengan pengantar Bahasa Indonesia. Sebenarnya boleh-boleh saja apabila sebagian masyarakat memilih program tawaran pendidikan yang memfasilitasi program bahasa tersebut karena masing-masing keluarga dalam masyarakat mempunyai visi serta misi yang berbeda dalam mengarahkan pendidikan para anaknya. Nilai, Norma, Etika, penting untuk diajarkan dalam setiap waktu guna tercipta karakteristik jati diri yang beradab. Nilai, norma dan etika saling berkaitan, sebab semuanya berusaha mengarahkan manusia agar memiliki pola pikir, sikap, dan perilaku yang baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Manfaat mempelajari nilai, etika, dan norma dapat menjunjung dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan.
Kata kunci: nilai, etika, norma, jati diri.
Refbacks
- There are currently no refbacks.